Membaca cerita di google hari ini ‘” mengenai perempuan bangkit
dari mati “ mengingatkan saya satu peristiwa kejadiannya belum lama
ini. Kira-kira 3 bulan yg lalu.. sebelumnya maaf jikalau cerita sy ini
ada yg tidak berkenan pada pembaca .
Mimpi menjadi renungan dan
pelajaran
Saat hari raya idul fitri, saya pulang kampung tepatnya
di desa pulau rimau..saya bertandang ketempat teman kecil saya, seperti
biasa kami selalu cerita pengalaman-pengalaman baru baik itu selama
saya di rantauan maupun dia di desa. Seusai perayaan hari raya idul
fitri saya pun pulang kerantauan, kota dimana saya bekerja. Selang satu
bulan seusai pulang kampung tiba-tiba ada kabar klo teman kecil saya ini
meninggal..Innalillahi wainnailahi rojiun..betapa terkejutnya saya,
antara percaya dan tidak, bagaimana bisa meninggal, dengan umurnya yang
baru menginjak 26 tahun..belum menikah. Dan saat bertemu masi sehat
walafiat...hati kecil berkata mungkin sudah takdirnya sang Esa
mengambilnya.
Selang tiga hari kepergiannya, entah kenapa dia
tiba-tiba hadir dalam mimpi ku.. di dalam mimpi itu banyak terjadi
dialog seperti nyata. Awal bertemu dalam mimpi aku setengah ga percaya,
karena di telah meninggal.
Aku: bukannya kamu sudah meninggal???
Dia
:aku belum meninggal teman, kamu percaya?
Aku : tapi jenazahmu
sudah dikubur?
Dia: ea memang jenazahku sudah dikubur, kau tw
teman aku belum meninggal. Aku masi ada di dalam tubuh itu, kau tw saat
jenazah ku dimandikan, dikafankan, dan disholatkan..aku
berontak..sekeras-kerasnya bahwa aku belum meninggal. Namun tangan,
mulut dan seluruh badan tak kuasa ku gerakkan. Kw tau teman betapa tak
kuasanya aku saat tubuh ku diangkat dari rumah menuju liang kubur? Aku
teriak tolong tak ada yg mendengar. Sungguh aku sedih teman.
Mendengar
cerita itu akupun percaya klo dia tidak meninggal. Dan kembali ku tanya
Aku
: lalu bagaimana saat kau kembali kerumah?
Dia: aku kembali
kerumah saat tubuh ku masi berbalut kain kafan, aku temui ibu.. namun
ibu tak percaya kalau dihadapannya adalah anakanya. Akhirnya aku
memeluk, sujud dikakinya menceritakan semua namun tak cukup meyakinkan
ibunya, Hingga bapak datang kemudian memeluk. Entah bapak langsung
percaya kalau itu adalah aku. Akhirnya ibu yakin. Akhirnya kami bertiga
berpelukkan meluapkan rasa kebahagiaan.
Saat suara azan terdengar
begitu menggema..seketika dialog kami terhenti, sejenak saya membuka
mata, kulihat sekeliling, posisi bantal yang masi menjepit kedua kaki
ku, diding ruang yang hijau.YALLohh..saya mimpi. Kenapa dia datang
dalam mimpi ku? Apa yang terjadi padanya??
Selang 2 hari dari
mimpi itu, namun saya masi di bayang-bayangi dengan kejadian mimpi itu?
Ada rasa keingin tahuan. Akhirnya saya memutuskan untuk mehubungi
adiknya yg juga teman kecil saya namanya lusi . saya pun memberanikan
diri untuk menanyakan kronologi dari meninggalnya saudaranya. Dengan
berat hati akhirnya ia pun menceritakan secara berurut...
Lusi:
maff mel sebenarnya kepergiannya membuat orang – orang terkejut. Asal
mulanya dia demam biasa, tapi dengan kebiasaanya saat demam itu
menyerang dia ga peduli. Kata dia klo demam diabawa lemas atau tidur
pasti tambah parah. tapi jikalau dibawa untuk bergerak (beraktifitas)
pasti keringet nya keluar. Begitulah aktifitas dikebun selalu jalan
meski keadaanya tidak fit. Entah mugkin karena kecapean dari seharian
menanam padi malamnya mulai panas tinggi menyerang. Saat ku sentuh
begitu panasnya...matanya mulai memerah menahan rasa panas. biasa
berbagai macam obat kampung yang tlah digunakan untuk menurunkan rasa
panasnya tapi tak kunjung meredahkan panasnya. Akhirnya esok paginya
dipanggilah bidan untuk mengobati Saat itu bidann pun memberi obat
penurun panas. siang hari panasnya mulai menurun..karena keadaan tubuh
yng masi lemas dia pun memutuskan untuk baring tempat tidur saja.
Seperti biasa meski berbaring ditempat tidur ia masi tetap mengajak main
ponakan kecilnya..bergurau2. melihat keadaan yang mulai membaik
ibunyapun tak mengawatirkannya lagi. Namun ibu yang selalu didekatnya
menemani. Bercerita-cerita.. satu kali cerita ibu pun terhenti saat ia
mengeluarkan pertanyaa “ mak klo aku meninggal mamak nangis ga?” ibu pun
menjawab “ nangislah nak soalnya anaknya pergi” setelah itu diapun
tersenyum membalikkan badan. Ibu menganggap pertanyaan itu hanyalah
guarauan yg tak perlu dipertanyakan.
Malam harinya tubuh dia mulai
panas kembali, namun kakinya begitu dingin... ibu yang selalu setia
menemaninya” tak ada dialog hanya pertanya pertanyaan yang kerap keluar
berulang kali “ mak kenapa panas nean badan ku..aku tidak bisa tidur”
emak pun selalu menjawab “seperti itulah klo orang sakit, badanya ga
bisa tenang, gelisah, ga bisa tidur.” Mendengar jawaban ibu ia pun
terdiam lagi, pukul 1 tengah malam tibah-tibah kegelisahan itu makin
menjadi, rasa perut yg tak karuan membuat dia ingin membuang air besar, “
mak aku mau buang air besar” sang ibu pun meski menahan kantuk dengan
sabar mengantarkannya kebelakang. Saat itu dia masi sanggup membuka
celana yg dikenakan. Setelah usai membuang air besakan ia masi sanggup
berjalan kekamarnya kembali. “ mak kenapa yg kukeluarkan tadi warna
hitam ya?” sang ibu pun menjawab “ begitulah klo orang sakit ga ada yg
dimasukin, ga makan, jadi ga da yg bisa dikeluarkan?” akhirnya diapun
terdiam kembali berbaring dan memejamkan mata meski tak tidur.
Esok
hari ea kembali ingin membuang air kecil. Saat itu ia tak kuasa
berjalan sendiri. Akhirnya lusi membantu membukakan celana. Seusai
membuang ir kecil ea pun beranjak dan berhenti persis didepan kamar. “
aku tidak mau masuk kamar, mau disini j” lusi pun menuruti permintaanya.
Seperti biasa ibunya didapu telah menyiapkan masakan bubur untuknya.
Saat ibu menghampiiri sambil membawa satu sendok makan dan sepiring
bubur nasi, ibu pun ingin menyuapkan, dia pun tersenyum sambil berkata “
aku kaya ank kecil ja disuapin sambil membalikkan tubuh membelakangi
ibunya. Dia memejamkan mata. Sang ibu pun seraya merayu untuk segera
makan. Tapi rayuan itu tak dihiraukannya, akhirnya ibu mengurungkan niat
untuk memberinya makan. Mungkin dia tidur, akibat semalaman tidak
tidur. Sang ibu pun meninggalkan tempat baringnya. Setelah dua jam dia
pun belum terbangun. Karena takut buburnya kurang enak lagi, akhirnya
ibu memutuskan membangunkan dia.. saat ibu membangunkan memanggil
namanya, tak kunjung bangun –bangun. Ibu menggoyang-goyangkan badanya
tetap tak bangun. Akhirnya ibu mulai panik dan segera berteriak
memanggil bapak seraya membangunkan dia. Saat itu semua yang ada
dirumah itu penuh kepanikaan. Sang kakak membacakan yasin berulangkali,
dan sangibu yang menangis teriak. Tak kunjung bangun jua, akhirnya bapak
dan sang kakak memeriksa urat nadi dan detak jantungnya, hasilnya
nihill merekapun berkata detak jantunganya sudah tidak ada. Histeris
memeluk sambil membacakan lafaz syahadat ditelingahnya. Di telah
pergi..dia telah pergi dia telah pergi innalillahi wainnaillahi
rojiunn..tak ada terbesir untuk dibawa ke dokter, karena mereka yakin
Allah sudah mengambilnya. Tapi ada satu yg masi terjanggal di hati
mereka masing2..berpikir kalau dia belum meninggal. Akhirnya diputuskan
selama 3 jam untuk dibiarkan sembari membaca yasin berulang kali. Tapi
tak kunjung meperlihatkan tanda-tanda tersebutnya barulah mereka yakin
klo dia memang sudah meninggal. Memutuskan untuk diberi tahu ketetangga
tetangga. selang beberapa jam tetanggapun berbondong-bondong datang
berbela sungkawan. Hati tetangga masi belum percaya karena baru tiga
hari lalu dia masi sehat walafiat. Saat memasuki hampir Zuhuran
jenazahpun dimandikan, kemudian dikafani dan dishalatkan. Pukul 1 siangk
akhirnya diabawa ke perkuburan.
Seusai jenazah disemayangkan,
hati lusi masi rasa tak percaya klo saudara nya meninggal..tapi perasaan
itu ditepis dengan alasan menolak khendak sang Rabb.
Begitulah
cerita lusi.
Uhh setelah mendengar cerita lusi dari telpn,, air
mata kupun mengalir tak terasa. Rasa dengan sigap akhirnya kuceritakan
mimpi ku padanya...dia pu tak kuasa mendengarnya. Saat itu aku tak tau
apakah hatinya sama dengan ku klo seandainya dia belum meninggal,
Allhualm. Karena rasa tak kuasa mendengar tangisan lusi akhirnya aku
memutuskan tlnpnanya. Dan aku mulai berpikir Yalloh seandainya dia belum
meninggal apa yg terjadi. Kenapa dengan cepat saudaranya memutuskan
kalau dia sudah meninggal dengan alasan urat nadi dan detak jatungnya
tak ada lagi, kenapa tidak dibawa kedokter, mungkin dokter lebih
mengetahui titik titik yg harus diperiksa untuk memastikan klau nyawanya
sudah tidak ada. Oh ya Allohh mungkin mereka lebih awam untuk itu
dibarengi dengan rasa melawan takdir sehingga tak terbesir untuk dibawa
kedokter. Padahal dibawa kedokter hanya untuk meyakinkan bahwa dia belum
atau tlah pergi untuk selamanya. Oh YaAlloh bagai mana dia memastikan
meninggal padahal jarak dia terpejam hanya 4 jam kemudian di
semayangkan..seandainya dia pingsan atau koma saja, sementara orang yang
pingsan atu koma bnyak yng memakan waktu hingga satu minggu atau
berbulan bulan. Sementara dia dengan 4 jam tidur di pastikan meninggal.
Ya Alloh jangan buat aku jadi tak percaya dengan takdir mu??
Seandainya dia masi bernyawa saat itu dan terbangun sementara dia sudah
didalam tanah betapa tersiksanya dia?? Aku tak kuasa membayangkan itu
Demikianlah
selintas cerita pengalaman ku. Terlepas dari kebenaran itu
wuallahualam..aku berharap mimpimku tidak nyata. Selain itu inilah
bentuk gambaran sebuah desa yang jauh dari sentuhan dokter. Desa pabila
masyarakatnya sakit hanya ditemani oleh obat-obat kampung. Masyarakat
yg masi awam dengan pengetahuan didunia kesehatan. Sementara bidan
adalah dokter yg merangakap menangani segala bentuk penyakit didesa itu,
tentunya bidan hanya mengetahui sacra dasar saja mengenai penyakit
dibarengi dengan fasilitas yg minim kecuali untuk melahirkan.
Satu
pertanyaa untuk para pembaca
“Bagaimana menurut anda dari isi
cerita ini baiknya dihubungkan dengan agama maupun pengetahuan secara
umum???
Atas partisipasinya terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar