Bebaskan dari KDRT
Jika membahas KDRT sungguh
tak ada habis-habisnya, dan jika ada
barisan pendukung menolak KDRT maka akulah
orang yang berada dibarisan paling depan meski aku sndiri belum berumah tangga.
Sedikit aku gambarkan pengalaman yang
baru-baru terjadi dilingkungan tempat tinggal ku sendiri. Saat itu aku dan saudara mau bersiap-siap berangkat kerja, entah tib-tiba kami terkejut dengan suara keras. Akhirnya pandangan kami pun
tertuju dari sumber suara itu, meski dibalik tirai kami dapat melihat semua apa
yang dilakukan pria bertubuh kekar itu
terhadap istrinya. Sungguh yang terjadi tak layak untuk dilihat namun kami tak
tau apa yang harus kami lakukan ,
Sesampai di tempat kerja
akhirnya aku sndiri langsung mengaktifkan fb. Kemudia aku memperbaharui setatus
isinya
Me: “ pagi-pagi aku dikejutkan sebuah tragedi...sungguh
menakutkan...mengerikan..sekal igus menjadi renungan untuk melangkah lebih
maju...”
She: “apo dio tragedinyo Mil?”
Me:
“pertengkaran antara suami dan istri..tepat disebelah rumah kami...huuff....”
She:
“Cobo cerito yg lebih detil, jd aku jg biso belajar dr kasus itu... He he he...”
Me
: entah ga tw persis masalahnya..cuma
hindarilah nafsu marah alias emosi besar...apa lg sudah menyangkut kekerasan dlm bentuk fisik dan
lebih parah lagi terjadi didepan anak2 yg belum mengerti apa2..bahkan depan
orang lain yg ga tw sama sekali perkaranya..betapa kacaunya perasaan anak-anak
yg tw ibunya teraniaya..namun kekacaun hati anak itu hanya tergambar lewat
jeritan tangis, sementara kami cuma bisa menonton dibalik jendela... kurasa
bisa dibayangkan..parahnya....
She
: Menyedihkan... Hiks hiks...
Dari dialog diatas bisa digambarkan
bahwa, memang Kekerasan
dalam rumah tangga dapat dipicu oleh banyak faktor. Diantaranya ada faktor
ekonomi, pendidikan yang rendah, cemburu dan bisa juga disebabkan adanya salah
satu orang tua dari kedua belah pihak, yang ikut ambil andil dalam sebuah rumah
tangga. Kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan faktor ekonomi, bisa
digambarkan misalnya minimnya penghasilan suami dalam mencukupi kebutuhan rumah
tangga tapi itu hanya rumah tangga mereka masing-masing
yang lebih tau tapi setidaknya kekerasan bukanlah point yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan masalah itu. Sesungguhnya dengan KDRT ini sangat berdampak pada
anak-anak. Terutama pada psikolog anak itu sndiri, Jika kita melihat penjelasan di
atas dapat kita lihat akibat dari tindak kekerasan dalam rumah tangga dalam
segi si anak.
• Anak akan mencontoh apa yang telah disaksikan selama bertahun-tahun bersama dengan orang tuanya. Pada tingkat ekstrim akan mengubah kepribadian anak..
• Efek psikologis dapat berlangsung seumur hidup dan mencakup perasaan rendah diri, ketidakmampuan untuk berhubungan dengan kawan sebaya, konsentrasi berkurang, dan kemunduran prestasi dalam belajar.
• Penyakit fisik: depresi, sangat gelisah, atau kekacauan identitas, selain meningkatkan risiko bunuh diri. Masalah-masalah perilaku sering muncul setelah tindak kekerasan, termasuk tindakan pelanggaran dan kriminalitas pada anak-anak muda.
• Anak akan mencontoh apa yang telah disaksikan selama bertahun-tahun bersama dengan orang tuanya. Pada tingkat ekstrim akan mengubah kepribadian anak..
• Efek psikologis dapat berlangsung seumur hidup dan mencakup perasaan rendah diri, ketidakmampuan untuk berhubungan dengan kawan sebaya, konsentrasi berkurang, dan kemunduran prestasi dalam belajar.
• Penyakit fisik: depresi, sangat gelisah, atau kekacauan identitas, selain meningkatkan risiko bunuh diri. Masalah-masalah perilaku sering muncul setelah tindak kekerasan, termasuk tindakan pelanggaran dan kriminalitas pada anak-anak muda.
Solusinya terhindar dari KDRT
1. Meski berbagaimacam masalah yang melanda dalam rumah
tangga jangan pernah menyelesaikan secara kekerasan apa lagi menyangkut
kekerasan fisik.
2. Hindari dari penglihatan anak saat sedang melampiaskan marah dengan
pasangan.
3. Dan mulailah menyelesaikan masalah dengan kepala
dingin. Pikiran jernih. Mudah-mudahan KDRT tak akan terjadi.